Laman

Sunday, 4 March 2012

All about Juventus Stadium


"Benvenuti a Casa Juve…" (Welcome Home Juve…)

courtesy http://signora1897.com



Memiliki rumah sendiri tentu menjadi impian semua orang. Orang berkerja keras   dan menabung, salah satu tujuannya supaya bisa membeli rumah sendiri, tidak kontrak terus menerus atau numpang dengan orangtua. Hal serupa juga yang menjadi impian Juventus, punya rumah sendiri !!! Sebagaimana kita ketahui, klub-klub Italia, sama seperti klub-klub di Indonesia, tak memiliki stadion sendiri. Selama ini, stadion yang ada seperti Artemio Franchi (Fiorentina), San Siro/Giuseppe Meazza (AC Milan & Inter), Olimpico (AS Roma & Lazio) dan stadion lainnya di Italia merupakan stadion yang dibangun dan dimiliki oleh pemerintah daerah masing-masing. Klub dalam hal ini hanya menjadi penyewa stadion di kotanya tersebut untuk menjadi kandang resmi mereka baik di kompetisi lokal (Serie A), maupun kompetisi internasional. Tetapi hal semacam itu akhirnya didobrak oleh klub tersukses di Italia, Juventus. Juventus membeli kepemilikan stadion Delle Alpi lalu merombaknya dan membangunnya kembali menjadi stadion paling modern di Italia, dan yang terpenting, milik klub sendiri. Juve menjadi yang pertama dalam melakukannya di Italia, yang belum diketahui apakah akan diikuti jejaknya oleh tim-tim lain atau tidak.
“Memiliki stadion sendiri adalah hal yang mendasar bagi sebuah klub sepakbola modern. Juve, seperti banyak klub Eropa lainnya, bisa memaksimalkan semua yang ditawarkan oleh stadion mereka sendiri”
(Direktur Komersial, Francesco Calvo, Football Italia)
Juventus membeli Stadion Delle Alpi, yang dibuka menjelang Piala Dunia 1990 lalu, pada musim panas tahun 2003, dengan harga sekitar €25 juta. Tak puas dengan kondisi stadion tersebut, Juve kemudian berenc ana untuk merombaknya dan memulai perombakan tersebut pada tahun 2006. Seluruh konstruksi stadion lama dihancurkan hingga nyaris rata dengan tanah, untuk kemudian dibangun ulang dengan sebuah konsep yang sangat berbeda. Dan pada tanggal 8 September 2011, Juventus berhasil mewujudkan impiannya tersebut, dan kembali mencatat sejarah dalam  sepakbola Italia, sebagai klub Italia pertama yang memiliki stadion sendiri. Berikut saya akan bagikan bersama data dan fakta seputar stadion baru Juventus, yang saya kutip dari berbagai sumber (Bola, Goal.com, Juventus.com, Tuttosport, Football Italia,Wikipedia, Supersoccer.co.id, Juventiknows) dan dilengkapi dengan foto-foto yang sangat menarik untuk disimak. “Benvenuti a Casa Juve…”
Sejarah Stadion Juventus
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juventus bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d’Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto. Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadio Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesenadan San Siro di Milan,Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Dan selama masa pembangunan stadion yang baru di bekas lahan Delle Alpi, maka Juventus memakai stadion Olympico,  yang juga dikenal sebagai Comunale, dimiliki oleh kota Turin, yang sangat intensif melakukan pengembangan fasilitasnya untuk Olimpiade 2006. Stadion tersebut digunakan untuk pembukaan dan penutupan perayaan event tersebut. Sejak musim 2006/07, kedua klub di kota tersebut, Juventus dan Torino, bermain kandang untuk semua pertandingan di sana. Stadion tersebut dapat menampung 25.442 orang. Stadion Comunale sebelumnya dibangun pada tahun 30an. Pertandingan pertama yang dilangsungkan disana, pada 29 Juni 1933, adalah Juventus vs Ujpest (6-2), leg kedua dari perempat final Piala Eropa Tengah, turnamen pada masa itu yang meliputi klub dari Itali, Austria, Ceko, dan Hongaria. Juventus bertanding sebanyak 890 kali di Stadion Comunale antara 1933 dan 1990, dan meraih 17 kali juara liga disana dalam kurun waktu yang sama.
Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 7,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, bandingkan dengan Delle Alpi yang sebelumnya memiliki jarak 34 meter, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
Stadion Baru Juventus
Stadion ini mampu menampung sebanyak 41.000 penonton dan telah dirancang berdasarkan standar keamanan maksimum. Akses-akses masuk tanpa penghalang, dapat dilalui melalui empat pintu masuk pada bagian sudut stadion, stadion akan dikelilingi dataran landai yang luas, yang diproyeksikan agar menjadi kawasan hijau dimana bangunan dirikan.
Kawasan lingkar luar tersebut akan menjadi tempat yang aman untuk pemeriksaan tiket masuk serta tempat bagi layanan dan transportasi yang ditujukan untuk keadaan darurat bersiaga. Akses menuju anak tangga dan tribun dapat dilalui melalui 16 jalur masuk yang tersebar pada banyak sector, mengacu pada tata ruang yang dahulu digunakan untuk stadion yang lama. Dan yang terakhir, dalam keadaan-keadaan darurat, bangunan dapat dikosongkan dalam waktu kurang dari 4 menit.
Proyek ini diharapkan dapat mengembalikan kondisi seluruh lapisan bawah tanah Delle Alpi, termasuk area zona lapangan. Di bawah anak tangga akan dibangun area pelayanan jasa milik stadion dan juga klub. Kebutuhan-kebutuhan para pemain merupakan prioritas utama bagi para perancang, seperti: akses-akses menuju bangunan, ruang ganti, riang istirahat, pintu masuk menuju lapangan, semuanya telah direncanakan hingga meliputi aspek detail terkecil.
Bagian atas, dilengkapi dengan sumber penerangan yang sangat baik dan sangat diperlukan dalam kegunaannya- khusus disesuaikan dengan gaya ketangguhan yang selalu menjadi ciri khas klub – Bagian stadion ini juga ditingkatkan, dengan anak tangga dan undakan-undakan: semuanya disusun menjadi bentuk setengah lingkaran yang unik yang saling berhubungan tanpa adanya unsur pemisah. Bangunan penutup glacis, akan diproyeksikan pada lorong ventilasi (Wind Tunnel), kondisi ini terinspirasi pada teknologi yang diterapkan pada sayap pesawat: Bangunan ini akan memiliki sumber pencahayaan yang bagus, yang direalisasikan dengan cara membangun separuh bangunan atap secara transparan dan sebagian lagi dengan lapisan yang pekat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar tercipta sebuah sudut pandang yang baik ke arah lapangan, baik dalam kondisi siang hari maupun di malam hari, dengan memberikan jaminan pencahayaan yang mencukupi, agar rumput dapat tumbuh di lapangan. Tutup pada bangunan juga diproyeksikan untuk tetap menjaga suara pedukung bergelora di dalam bangunan stadion, sehingga dapat dirasakan juga oleh para pendukung, atau bahkan membuatnya merasa lebih dekat dengan para pemain.
Area yang difungsikan untuk area komersial adalah seluas 34.000 m2, pada area tersebut akan dibangun galeri toko-toko, pusat perbelanjaan restoran, bar, farmasi dan juga museum Juventus. Kami juga menyediakan area seluas 30.000 M2 yang akan digunakan untuk taman-taman umum, taman bunga, alun-alun dan tempat parkir untuk 4000 mobil.
Proyek stadion baru Juventus diprakarsai oleh tim. Arsitek Hernando Suarez (Shesa Office) dan Gino Zavanella(Gau office) adalah perencana pembangunan; Insinyur Francesco Ossola dan Massimo Majowiecki, bertanggungjawab pada perencanaan pembangunan struktural, perencanaan operasional dan pengerjaan bagian arah penempatan struktur bangunan. Tim juga diarahkan oleh arsitek Antonio De la Pierre (koordinasi perencanaan), oleh insinyur Marco Lazzerini (bangunan mekanikal), oleh insinyur Renzo Zorzi (bangunan elektrik), dan oleh arsitek Eloy dan Stefano Suarez (perencanaan bentuk arsitektur bangunan). Manajemen proyek juga diikuti oleh AI Group dari Kota Turin, dengan presidennya sebagai penanggungjawab, insinyur Paolo Erbetta. Sebuah kontribusi diberikan oleh dua sosok terkenal dalam arsitektur gaya italia, yang berkolaborasi untuk kali pertamanya untuk memberikan nuansa hidup khas italia pada proyek arsitektur tersebut: Giugiaro Design dan Pininfarina Extra. Juventus menyerahkan kepada Fabrizio Giugiaro dan Paolo Pininfarina untuk menciptakan sebuah bentuk desain yang kuat pada stadion, untuk menberikan nuansa keunggulan kerja masyarakat kota Turin agar dikenal oleh seluruh dunia, dan mencerminkan kreatifitas terbaik bangsa Italia.
Arsitek Alberto Rolla (Rolla Office) akan menangani area komersial dan penempatan konsep penataan kota.
Video wawancara dengan Riccardo Abrate, Direktur Real Estate (sumber : Juventus Channel)

Karakteristik-
Karakteristik teknis:
Kapasitas: 41.000 tempat duduk, Tempat Parkir: 4.000 kapasitas parkir untuk mobil, Total lahan pembangunan: 355.000 M2, lahan internal stadion: 45.000 M2, Area Jasa: 150.000 M2, Area Komersial: 34.000 M2, Lahan Hijau dan Alun-alun: 30.000 M2,
Jarak penonton terluar ke lapangan dan perbandingan antara stadion baru dengan kondisi Delle Alpi pada saat ini, ialah:
baris pertama Tribuna Ovest: 8,85 meter (28 meter) baris terakhir Trivuna Ovest: 49 meter (68,30 meter), baris pertama Tribuna 100: 8,85 meter (43,50 meter) baris terakhir Tribuna 100: 26,50 meter (49,10 meter), baris pertama Tribuna media: 33,80 meter (57,50 meter) baris terakhir Tribuna media: 49 meter (59,10 meter), baris pertama Curves: 8,85 meter (50 meter dari titik tengah kurva).
(sumber : Juventus.co.id)
Data & Fakta Seputar Stadion Baru Juventus
Stadion baru milik Juventus ini jauh lebih modern dan mengikuti stadion-stadion di Inggris yang menawarkan one stop entertainment bagi para fans. Fans dapat menikmati fasilitas-fasilitas layaknya stadion klub besar Eropa seperti pusat perbelanjaan di area stadion, restoran, toko merchandise resmi, tur museum sejarah Juventus, hingga tur kamar ganti pemain.
Video Kamar Ganti Pemain, yang dapat dilihat langsung oleh fans (sumber : Juventus Channel)

Ini adalah sebuah fasilitas yang tidak bisa ditemukan di stadion-stadion lain di Italia. Bahkan dalam laga pembukaan Juventus melawan Parma pada hari Minggu, 11 September 2011, diliput oleh seorang utusan BBC yang bernama Emma Williams. Emma memberikan pujian khusus untuk kandang baru Juventus tersebut, menurutnya, Juventus Stadium ini lebih baik daripada stadion yang ada di Inggris. Stamford Bridge dan Emirates Stadium yang dikategorikan sebagai stadion yang paling modern di Inggris pun kalah. Emma juga mengatakan bahwa Juventus Stadium ini memang untuk pesepakbola profesional sejati dan memberikan yang terbaik untuk fans.
Juventus dalam membangun stadion baru ini justru mengurangi jumlah kursi penonton dibandingkan Delle Alpi sebelum dihancurkan. Sebagai perbandingan, Delle Alpi mampu menampung hingga 67.000 penonton, sedangkan Juventus Arena hanya menawarkan kapasitas sebesar 41.000 tempat duduk bagi penonton. Pengurangan kapasitas penonton ini merupakan sebuah anomali bagi klub-klub Eropa yang membangun stadion mereka sendiri. Di saat banyak klub Eropa lain berusaha menambah kapasitas penonton di stadion, Juventus justru menguranginya. Alasannya adalah, dalam sejarah berdirinya Delle Alpi selama ini, sangat jarang tercatat tiket pertandingan bisa sold out dan stadion bisa dipenuhi oleh penonton. Kenyataannya, rata-rata kehadiran penonton justru hanya kurang lebih sepertiga dari kapasitas tempat duduk Delle Alpi. Hal ini tampaknya membuat Juventus berpikir untuk memperkecil kapasitas tempat duduk di Juventus Arena. Selain menghemat biaya pembangunan, juga agar tidak “mubazir” nantinya. Positifnya dari penurunan jumlah kapasitas adalah, penonton bisa lebih dekat dengan tim yang didukung dan penonton tak harus duduk terlalu jauh dari lapangan.
Masalah kedekatan penonton dengan pertandingan juga semakin ditunjang dengan kenyataan bahwa tempat duduk penonton kini semakin dekat dengan lapangan pertandingan. Meniru konsep stadion-stadion di Inggris, Juventus menghapus trek lari yang sebelumnya ada di Delle Alpi sehingga tribun penonton bisa lebih dekat dengan para pemain di lapangan. Sebagai gambaran, jarak antara tempat duduk penonton yang terdekat dengan lapangan kini hanya 7,5 meter, sedangkan jarak antara lapangan dengan penonton yang duduk di paling belakang adalah 49 meter. Ini juga merupakan salah satu perubahan yang paling mencolok di stadion baru milik Juventus ini.
Juventus juga menyediakan tempat duduk khusus (premium) di stadionnya. Sekitar 3.600 tempat duduk dikhususkan untuk kelas ini. Selain itu, dibangun pula 120 Box Executive , yang tentunya ditujukan bagi para eksekutif atau orang-orang penting yang hendak menonton pertandingan. Juventus tentu berharap bisa memaksimalkan kepemilikan stadion sendiri ini untuk menjaring pemasukan baru yang lebih besar dari para fans. Ini adalah sebuah hal yang tidak bisa dilakukan klub lain di Italia karena masalah kepemilikan stadion. Di Italia rata-rata hanya 13 persen pemasukan klub yang berasal dari kehadiran penonton, bandingkan dengan 27 persen yang didapat oleh klub-klub di Jerman dan Inggris. Stadion lama memberikan Juventus € 11 juta per musim, sedangkan stadion baru ini ditargetkan bisa membuat klub mendapatkan €32 juta per musim. Dan tentu hal ini akan membantu Juventus dalam memenuhi peraturan Finacial Fair Play, dimana lewat stadion baru ini, Juventus bisa mendapatkan pemasukkan lebih untuk keuangan klub. Peran serta investasi Nike dan Sony juga membantu dalam pembangunan Juventus Stadium tersebut. Juventus juga bisa mendapatkan dana lebih dengan menjual nama stadion ke pihak sponsor, gosipnya hak nama stadion akan diberikan kepada Sportfive (semacam broker olahraga), yang sudah membayar klub dengan nilai kesepakatan mencapai €75 juta, Sportfive kemudian akan mencari sponsor yang akan mengunakan stadion baru Juventus tersebut dengan namanya, namun belum ada pernyataan resmi klub mengenai hal tersebut. Saat ini nama yang digunakan masih Juventus Stadium.
“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, selamat datang, rumput seperti ini menunjukkan bagaimana kami memenangkan 29 kali gelar Italia, dua kali Piala Eropa dan dua kali Piala Dunia. Hari ini kami sedang menulis bab lain dari cerita legendaris, mengatasi saat-saat pahit dan kegembiraan, presiden dan pemain, legenda yang telah menghangatkan hati seluruh generasi. Sebuah legenda yang hari ini memasuki rumah barunya: Juventus”
Andrea Agnelli, Presiden Juventus (sumber : Juventus.co.id)
Pernak Pernik Juventus Stadium
Biaya Renovasi €105 juta (+/- Rp. 1,2 triliun)
Kapasitas penonton 41.000 tempat duduk, sebelumnya Delle Alpi kapasitas 67.000 tempat duduk
Proyek penghancuran Delle Alpi dimulai November 2008 dan konstruksi Juventus Stadium dimulai Juli 2009
Juventus menghemat €2,3 juta karena menggunakan materi daur ulang yang tersedia dari Stadion Delle Alpi
Memaksimalkan tenaga matahari sebagai sumber listrik stadion
Tidak ada trek atletik, jarak terdekat penonton ke lapangan 7,5 meter dan terjauh 49 meter
3.600 tempat duduk berkelas premium, termasuk 4 suite dan 62 sky box
275 tempat duduk tribun media
3 kamar ganti (tim kandang, tandang dan wasit) dengan teknologi canggih
21 bar, 8 area restoran, farmasi, museum Juventus dan pusat perbelanjaan seluas 34.000 meter
Kapasitas parkir 4.000 mobil
Luas total kompleks stadion mencapai 355.000 m2, luas stadion 90.000 m2
Herga tiket rata-rata €30 (+/- Rp. 420.000)
Tentunya dengan stadion baru tersebut, dapat membangkitkan semangat skuad Juventus, juga semakin mengobarkan cinta para fans terhadap klub, dan hasilnya pun terlihat dalam giornata 2 Minggu, 11 September 2011, Juventus membayar lunas kekalahan telak dari Parma musim lalu dengan skor akhir 4-1 untuk kemenangan Juventus, sekaligus mengantarkan Juventus sebagai capolista. Tapi sebaiknya kaki para pemain tetap berpijak di tanah, perjalanan masih sangat panjang. Semoga Conte dan skuadnya dapat mengembalikan atmosfir kemenangan Juventus ke stadion yang baru, disanalah bintang 3 akan terpasang ketika musim 2011/2012 berakhir…
Sekali lagi, selamat Juve… Kami sangat bangga menjadi Juventini… Ieri, Oggi, Domani per sempre Juve !!!
“Benvenuti a Casa Juve…”
Video Full Opening Ceremony Juventus Stadium (sumber JuventiKnows, durasi 1:12:18, sign in dulu baru bisa diakses)
(Jika tidak bisa diakses, silahkan ke link ini, dari www.bianconeristore.com : http://bianconeristore.com/juvenesia/?p=40)

Misteri kematian putra mahkota keluarga Agnelli (yang ternyata muslim)


Kematian memang suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia di bumi ini. apapun bentuknya, siapapun dirinya, bila saatnya tiba , kematian itu akan datang tepat pada waktunya.
Sesuatu yang menyakitkan bila kita mendengar kabar bahwa salah satu dari sanak saudara kita menghadapi maut yang tak bisa digantikan apapun untuk mengembalikan hidupnya. Tapi hal ini adalah hal yang dianggap biasa oleh sebuah  Keluarga besar yang telah memiliki nama besar selama kurang lebih satu abad di kota turin. Mereka adalah keluarga Agnelli. Kekayaan yang melimpah dan pengaruh mereka atas kemakmuran Negara italia sejak abad 19 membuat keluarga ini sangatlah di Hormati oleh hampir seluruh rakyat italia di bagian utara Negara itu.
Bagaimana tidak? selama berpuluh-puluh tahun keluarga Agnelli mampu menghidupi berjuta-juta warga italia dan menjauhi mereka dari kemiskinan. Dinasti Agnelli diyakini sebagai ‘Sang keajaiban’.sebab lewat bisnis merekalah Negara italia bisa keluar dari kemiskinan dan meninggalkan citra Negara penghasil tomat dan Pasta dan menjadi sebuah Negara industri di eropa.
Adalah bisnis Keluarga Agnelli yang bergerak di bidang perindustrian pembuatan Mobil Fiat yang sangat terkenal di era dekade 50an. Khususnya di seluruh bagian utara italia, nama keluarga Agnelli ini sungguh membuat telinga kita panas dibuatnya bila mendengarkan serentetan prestasi dan aksi yang mereka lakukan demi Italia.
Symbol Agnelli ini hampir menghiasi seluruh kehidupan di kota turin khususnya. Generasi tersukses yang dirasakan keluarga agnelli saat dimana Gianni Agnelli lahir menjadi pebisnis ulung yang sangat ditakuti lawan-lawannya. Di era Gianni Agnelli usaha Fiat terus melejit. Perusahaan raksasa mobil Fiat yang dijalankan Gianni Agnelii mencatat penjualan tertinggi USD2,1milliar pertahunnya, yakni dengan melahirkan 1.750.000 unit mobil.dan Fiat pun menempati posisi sebagai perusahaan otomotif terbesar keenam di dunia dan pertama di italia. tak hanya itu saja,Lewat klub sepakbola juventus yang mereka miliki nama besar mereka semakin dikenal dunia.
Giovanni Agnelli yang lebih dikenal dengan nama Gianni ini adalah generasi ketiga Agnelli. Orang di italia menyebutnya IL Re,atau sang Raja. Gianni memiliki seorang putra bernama Edoardo.dan Edoardo adalah putra pertamanya, sosok yang dikenal di mata orang-orang italia sebagai Putra Mahkota.
Sebagai generasi ke empat keluarga Agnelli, Edoardo telah merasakan bagaimana nikmatnya hidup serba mewah dan berkelimpahan sejak dirinya dilahirkan ke dunia. Tapi apakah ini yang dicari seorang Edoardo sejak kecil? Justru malah sebaliknya. Kemewahan yang selalu mengiringi setiap langkahnya membuat dirinya merasa membawa sebuah beban berat yang selalu membuatnya resah. Hal ini dirasakannya disaat dirinya mulai mengerti arti sebuah kehidupan, kehidupan yang telah  lama membuatnya mati oleh aturan-aturan kuno  yang diciptakan dan harus dijalankan oleh seluruh anggota  keluarga Agnelli.
Kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang baru dan tidak membosankan telah lama dipikirkan oleh seorang Edoardo. Pada akhir dekade 70 an , setelah menyelesaikan sekolahnya di inggris, edoardo memutuskan untuk melanjutkan studinya di Princeton yang sangat terkenal di Amerika, dan mengambil jurusan Filsafat, sesuatu yang tidak pernah disetujui oleh ayahnya yang mengingkan anak putra satu-satunya mengikuti jejak sang ayah dengan belajar bisnis.
Edoardo yang keras kepala tetap melakukan apa yang dinginkannya. Disinilah awal dari ketidak cocokan sang ayah yang mengetahui dan sadar bahwa edoardo bukanlah seorang pewaris keluarga yang diharapkan. Awal kebencian ini tumbuh sampai dimana edoardo memutuskan untuk menggeluti lebih dalam tentang ajaran agama Islam. Sebuah hal baru yang ditemukannya pertama kali disebuah perpustakaan di Princeton. Sebuah buku yang disebut Al-Quran telah mengubah pikiran dan hatinya. Keunikan yang di ajarkan oleh agama Islam telah membuatnya yakin akan pilihannya. Sesuatu yang membuatnya sadar bahwa dia telah menemukan apa yang telah lama dicarinya.
Bau busuk yang menyengat yang dirasakan keluarga kerajaan Agnelli  akhirnya sampai juga.dari kejauhan kota turin mereka melakukan penjemputan paksa layaknya seorang anak kecil yang merengek-rengek untuk tetap berada di sebuah tempat hiburan yang tak kunjung henti.
Bagi Gianni agnelli , Amerika telah merubah anaknya. Sesuatu yang mereka anggap sesat telah merusak dan menodai keluarga kerajaan. Apa yang dirasakan sang ayah memang sebuah malapetaka yang akan membuat mimpi edoardo yakni mencapai hidup sempurna yang jauh dari kebisingan musnah. Sang ayah telah memutuskan tali kehidupan edoardo yang baru. Hidup bagaikan di sebuah penjara besar di kota turin. Apapun yang dilakukan edoardo adalah sebuah alarm yang berbunyi kencang  bagi seorang Agnelli. Ketidakbebasan yang dirasakan edoardo ini semakin membuatnya merasa tertantang untuk melakukan sesuatu yang lebih membahayakan dirinya sendiri.
Berkali-kali edoardo tertangkap basah oleh mata-mata yang disiapkan ayahnya untuk mengikuti jejak edoardo yang mencoba ingin melakukan perjalanan jauh meninggalkan italia. Adalah sebuah krisis Iran pasca Revolusi Islam, yang membuat edoardo tergerak hatinya untuk segera kabur dan menuju Iran. Sebuah tempat yang selalu didambakannya dan yang pada akhirnya menjadi rumah nomor dua Edoardo setelah Italia.
Entah mengapa Edoardo begitu mencintai Iran. Disaat Negara seperti amerika yang telah menyatakan bahwa iran adalah sebuah Negara yang haus darah, dan saat dimana Iran dicecar di seluruh pelosok bumi, Seorang putra mahkota justru sebaliknya. Rasa penasaran yang besar ingin mengetahui siapa diri seorang Khomeini dan revolusi islam telah menguatkan dirinya untuk segera berhadapan langsung dengan orang yang selalu dicarinya.
Berkali-kali edoardo terlihat duduk tak jauh dari tempat dimana seorang guru besar islam Iran Khomeini berada. Mereka beberapa kali melakukan shalat jumat bersama di beberapa mesjid terkenal di Iran. Dan keramahan yang dirasakan edoardo disaat Khomeini menciumnya seperti keluarganya membuat dirinya semakin kerasan berada di tempat  yang entah berantah tidak pernah dikenal sebelumnya.
Selama di Iran, edoardo banyak mempelajari Hal baru. Edoardo lebih sering membaca buku kitab suci Al quran dan belajar sejarah mengenai Nabi Muhammad , sesuatu yang lebih dia gemari dan dia pilih ketimbang menghabiskan waktu bersama para pemain juventus, ataupun kebut-kebutan di jalan dengan mobil-mobil mewah milik keluarganya. Edoardo adalah seorang lelaki putra mahkota italia yang telah menemukan arti pentinganya sebuah kebesaran agama islam. Edoardo telah menemukan apa yang di inginkannya. Dia pernah mengungkapkan ke beberapa teman dekatnya.bahwa hidupnya telah dilahirkan baru. Dan dirinya sungguh merasakan kebahagiaan yang tak mungkin diraihnya selama dia masih berada di genggaman keluarga Agnelli. Edoardo diyakini telah menjadi seorang muslim sejati.
Sebuah akhir yang begitu sempurna yang dirasakan edoardo, tapi tidak dengan keluarga Agnelli. Keluarganya yang akhirnya tahu bahwa edoardo sungguh serius telah menjauhi keluarga agnelii demi sebuah ajaran Islam, marah besar. Bagi Gianni Agnelli ini adalah sebuah Fakta yang sulit diterima. Keluarga yang begitu terpandang di seluruh italia, sebuah keluarga yang taat akan ajaran tradisi agama Katolik, dan salah satu penyumbang dana terbesar ke Vatikan, dan pilihan edoardo untuk pindah ajaran agama adalah sebuah penyelewengan yang tidak bisa dimaafkan.
Sebuah harga  yang sungguh mahal harus dibayar oleh seorang Edoardo.dan  membayarnya dengan sebuah nyawa. Kesedihan dan kehancuran yang telah dirasakannya sejak kecil yang dibangun oleh kerajaan agnelli telah dibawa pergi oleh sebuah kematian. Kematian yang berujung sebuah kontroversi. Sebuah cerita yang berakhir dengan penuh tanda Tanya besar. Kematian yang ditangisi banyak orang di iran begitu juga kebingungan dan kecemasan yang dirasakan warga turin.
Tepatnya pada 15 november 2000, sebuah jasad manusia di temukan di kaki jembatan Generale Franco Romano yang memiliki ketinggian 80 meter. Polisi setempat meyakini setelah mengenali wajah lelaki tersebut adalah Edoardo Agnelii. Putra mahkota keluarga Gianni Agnelli. Di Koran-koran italia banyak yang mengungkapkan bahwa edoardo telah melakukan aksi bunuh diri, sesuatu hal yang tidak pernah dilakukannya. Karena hasil penelitian mengungkapkan, disaat jasad edoardo di temukan, wajah serta tulang badannya masih utuh dan tidak ada yang patah. Bagaimana mungkin bahwa seorang lelaki dengan berat badan 120 kilogram melompat dari ketinggian 80 meter  yang akan menghujam tanah kurang lebih dengan kecepatan 150 kilometer perjam tidak mengalami patah tulang? Itulah isyarat jelas bahwa edoardo tidak pernah melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari jembatan Generale Franco Romano.
Apalagi jembatan Generale Franco Romano  terkenal sangat ramai sekali, setidaknya ada kendaraan yang lewat selang 5-10 detik, terlebih lagi wajah edoardo yang cukup dikenali oleh setiap warga turin. Bagaimanapun wajahnya akan dikenali seseorang yang melintas bilamana edoardo berusaha menaiki badan jembatan dan kemudian melompat.dan sungguh aneh bila tak ada satupun orang yang akan memberikan kesaksian di hari saat edoardo bunuh diri.
Kejanggalan seputar kematian edoardo telah membuat resah warga italia. pasalnya banyak hasil investigasi yang sangat menyimpang, banyak hal yang tidak masuk akal terjadi. Dan permainan kotor para pihak yang bertanggung jawab atas jasad edoardo pun mulai jelas terlihat. Misalnya keharusan otopsi yang sepantasnya dilakukan tim medis tidak pernah dilakukan. Permainan kotor yang tidak begitu sempurna ini semakin terasa oleh public italia yang menyebutnya dengan “kebodohan dan kecerobohan keluarga Mafia”.
Kematian edoardo membuahkan pelajaran penting dalam kehidupan, ’disaat kau telah menemukan apa yang menurutmu benar, hal itu patut diperjuangkan walau sebuah nyawa harus dipertaruhkan.’ Selamat jalan, Edoardo.
source : supersoccer.co.id